PENGOBATAN QUR`ANI ADALAH KARUNIA DAN
PEMBERIAN KHUSUS ILAHI , BENARKAH DEMIKIAN ? KEPADA SIAPA DIBERIKANNYA
DAN BAGAIMANA WUJUDNYA ?
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين ولاعدوان الا على الظالمين والصلاة والسلام على سيدنا
محمد سيدالمرسلين وإمام المتقين وعلى آله وصحبه أجمعين
الحمد لله رب العالمين ولاعدوان الا على الظالمين والصلاة والسلام على سيدنا
محمد سيدالمرسلين وإمام المتقين وعلى آله وصحبه أجمعين
Judul yang tersebut di atas agak terkesan
agung dan khusus, seakan-akan hanya orang –orang tertentulah yang bisa memilki
pengetahuan tersebut. Tidak ada yang bisa memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu dan tidak ada yang mampu meraihnya kecuali orang-orang yang mahir dari
kalangan Ulama, ahli Ilmu dan penghuni maqom penyingkapan bathin.
Benarkah demikian ?
Terdorong oleh perkara besar
itulah, penulis dengan pengetahuan yang minim ingin menulis sebuah artikel sederhana
mencoba menjawab pertanyaan besar tersebut ditinjau dari tingkatan tingkatan kemampuan penguasaan setiap
individu dan kadar akal mereka.
Menjawab pertanyan tersebut
penulis terinspirasi dengan isi kitab Sayyid
haidar Amuli seorang intelektual
terkemuka berjudul “Asrar asy-Syari`ah wa Athwar ath-Thariqah wa Anwar Al-Haqiqah”. Beberapa
kalimat di kitab tersebut, sengaja penulis cuplik langsung tidak merubahnya,
kuatir terjadi perubahan makna
sebenarnya seiring dengan perubahan kalimatnya.
Sebuah pengetahuan umumnya
diperoleh melalui proses pembelajaran dan penalaran. Perlu disadari terlebih
dahulu bahwa kesiapan dan kemampuan menerima sesuatu pengetahuan adalah
berbeda-beda pada setiap individu. Tidak mungkin semua orang berada pada satu
tingkatan yang sama. Ada suatu pengetahuan, yang tidak setiap orang bisa
memahaminya dan tidak setiap individu bisa mengetahuinya. Ada di dalamnya
terdapat rahasia-rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang khusus (khawwash ), bahkan dilarang disiarkan
dikalangan yang bukan ahlinya. Sebagai contoh paling sederhana pengetahuan tentang
Bom Nuklir, pengetahuan Rekayasa genetika /kloning makhluk hidup dan lain sebagainya.
Allah swt berfirman dalam QS Al Maidah : 48 “Untuk setiap umat di antara kalian, kami berikan aturan dan jalan yang
terang “.
Allah swt juga menjelaskan adalah
tidak sama posisi orang berilmu dengan tidak berilmu.
Dalam Al qur`an di surat Azzumar juga
dikatakan : ...“Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zummar: 9)
Di al-Qur’an Surat al-Mujadalah juga berbunyi : ”…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
al-Mujadalah :11)
Imam Ibnul Qayyim al Jauzi,
semoga Allah merahmatinya mengatakan,” Al Qur`an adalah obat penyembuh
yang paling sempurna bagi semua penyakit jiwa dan raga, serta penyakit dunia
dan akhirat. Tapi
tidak setiap orang layak mendapat taufik dari Allah untuk melakukan pengobatan
dengan Al Qur`an ! namun jika
orang yang sakit mengobati penyakitnya dengan Al Qur`an dengan penuh keimanan
dan kesungguhan hati, penyerahan total kepada Allah, keyakinan yang penuh
menyeluruh,serta memenuhi semua persyaratan yang lainnya, niscaya tidak pernah
ada penyakit yang mampu mengalahkannya,…………demikian pendapat Ulama besar
tersebut.
Perbedaan itulah yang melahirkan
tingkatan-tingkatan individu pada
penguasaan ilmu pengetahuan yang sesuai kadar akal mereka. Ada yang masuk kategori
orang awam, ada masuk kategori orang khusus sampai pada tingkatan tertinggi Khash al khash ( khusus dari khusus ).
Ilmu kedokteran sebagai contohnya, ada orang yang tidak jadi dokter ( Awam ), ada yang jadi dokter umum ( khusus ), ada yang jadi dokter spesialis
( khusus dari khusus ).
Dengan adanya kenyataan itu, jadi tidak
dibenarkan mengingkari adanya
tingkatan-tingkatan individu dan tidak dibenarkan pula mencela siapapun dari
tingkatannya. Dengan demikian tingkatan-tingkatan itu mencakup semuanya dan
memenuhi hak semuanya.
Pertanyaan besarnya adalah Kepada siapa karunia itu diberikan dan bagaimana wujudnya ?
Jawaban :Pengetahuan pengobatan qur`ani adalah Karunia Ilahi dan
pemberian khusus dari Allah swt yang hanya diberikan kepada orang-orang yang mau menempuh proses
pembelajaran dan penalaran sesuai tuntunan Syareat,Tareqat,dan
Hakikat agama. Ketiga unsur
ini merupakan kesatuan yang memiliki esensi yang sama yang tidak ada perbedaan
satu sama lain. Pelakunya dituntut untuk memiliki kesiapan dan kemampuan
mendengar, menerima dan memahami kata-kata yang pelik berupa penjelasan syareat
Nabi dan ketentuan Ilahi, sehingga akhirnya mencapai tingkatan `Ilm al yaqin, `ain al yaqin dan haaq al
yaqin melalui proses penyerahan diri ( taslim ), pembenaran ( Tasdiq),
pengakuan ( Iqrar ) dan penunaian amal sholeh (ada)sesuai teladan Rasulullah
saw.
Semua itu meskipun tingkatannya
berbeda pada setiap individu kembali pada satu hakikat berupa syareat Rasul dan
ketentuan Ilahi. Wujud hasil yang didapat tentu
berdasarkan tingkatan masing-masing individu sesuai kadar akal mereka. Ada yang
dapat banyak ada yang dapat sedikit, bertingkat tingkat, ada yang khusus ada
pula khusus dari khusus.
Kenyataannya sulit untuk menuntut meraih pengetahuan
pengobatan qur`ani ini, tapi sesuai dengan kaidah kaidah Ilmu Fiqh :
1. Maa Laa yudroku kulluhu laa
yutroku kulluhu. Yang artinya : “sesuatu
yang tidak dapat dicapai keseluruhannya, tidak ditinggal keseluruhannya “.
2. Maa laa yudroku kulluhu laa
yutroku ba`dhohu yang artinya “ sesuatu
yang tidak dapat dicapai seluruhnya tidak ditinggalkan sebagiannya.”
3. Al masyaqqotu
tajlibut-taysiiro yang artinya “Kesukaran
itu menimbulkan adanya kemudahan”.
Maka beberapa individu masih
dimungkinkan untuk meraih pengetahuan tersebut tentu dengan wujud hasil yang
berbeda-beda dan bertingkat tingkat.
Jadi tujuan utama dari pembahasan
ini adalah menunjukkan bahwa :
1. Kepemilikan Pengetahuan pengobatan qur`ani
melalui suatu proses pembelajaran dan penalaran yang panjang mengikuti hukum
dan kaedah syareat, tareqat dan hakekat
teladan Rasul dan ketentuan Ilahi, bukan melalui proses instan.
2. Tidak semua orang layak melakukan
praktek pengobatan qur`ani, karena perolehannya harus melalui suatu
proses pembelajaran dan penalaran dibawah bimbingan akhlinya seorang Syeikh
yang paripurna dalam ilmu-ilmu syariat,tarekat dan hakikat yang
telah mencapai batas kesempurnaan pada tingkatan-tingkatan tersebut karena
pengetahuannya tentang penyakit-penyakit (jasmani & Jiwa ) dan obat-obatnya
serta mampu melakukan penyembuhan atasnya. Layaknya jadi seorang dokter yang menempuh pendidikan di universitas yang lulus dibawah pengajaran,
bimbingan dan pengawasan seorang professor. Tentu dokter tersebut sudah mendapat
bekal ilmu dan pengakuan dari Professor pembimbingnya untuk berhak praktek jadi
seorang dokter.
Ada materi pengetahuan, ada
proses pembelajaran, ada penalaran, ada penyerahan diri ( taslim ), ada pembenaran
( Tasdiq), ada pengakuan ( Iqrar ) dan ada penunaian amal sholeh (ada) sesuai teladan Rasulullah saw. Tidak bisa didapat dengan cara instan, tidak bisa sim-salabim tiba tiba
jadi praktisi pengobatan dalam waktu singkat.
Pertanyaan kritisnya adalah siapa yang layak melakukan Praktek
pengobatan Qur`ani ?
Tentu yang pantas melakukannya adalah orang
yang berilmu, paham ilmu tauhid,
punya kesungguhan hati, Ikhlas-penyerahan total kepada Allah, keyakinan yang
penuh menyeluruh kepada Allah swt. Dan telah mendapat izin dan pengakuan dari Syeikh
pembimbingnya.
Insya Allah....
Ir.Jaafar Dahlan
+628128477464
www.pengobatanqurani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar