بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين ولاعدوان الا على الظالمين والصلاة والسلام على سيدنا
الحمد لله رب العالمين ولاعدوان الا على الظالمين والصلاة والسلام على سيدنا
محمد سيدالمرسلين وإمام المتقين وعلى آله وصحبه أجمعين
Berbicara tentang
SIHIR,mengundang berbicara tentang tokoh dibalik makar tersebut yaitu SYETAN
laknattullah sekaligus membicarakan masalah GAIB.
Allah swt. secara tegas menyatakan SETAN ADALAH MUSUH MANUSIA dan diperintahkan untuk MELAWAN-nya. Termaktub dalam Qur`an
surat Al Fathir : 6 ,“ Sesungguhnya setan itu
adalah musuh bagimu, maka
jadikanlah ia musuh(mu) karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala”.
Terus bagaimana cara
melawannya ? sedangkan Setan adalah mahluk Gaib - sesuatu yang tersembunyi.
Secara empiris tidak bisa disaksikan juga tidak bisa dideteksi di laboratorium.
Bagaimana menghadapi musuh yang kekuatan dan kelemahannya tidak diketahui ? Bagaimana cara mengenalnya agar tidak terjebak
kepada takhayul dan khurafat ? Alangkah sedikitnya pengetahuan kita tentang makhluk tersembunyi itu
(gaib).
KEKUATAN
MUKJIZAT AL QUR`AN ADALAH GAIB
•Satu-satunya jalan
mengenal setan adalah melalui wahyu Al Qur`an dan Sunnah Nabi dan satu-satunya
cara melawannya HANYA DENGAN KEKUATAN MUKJIZAT AL QUR`AN.
•Beruntunglah...Al Qur`an
dan Sunnah mengharuskan kita percaya kepada yang gaib ( Allah,
Malaikat,jin-setan ). Sifat pertama yang
harus dimiliki orang yang bertaqwa adalah Yu`minuna bil ghoib ( percaya kepada
yang gaib). Puncaknya percaya
kepada wujud dan ke Esaan Allah swt.
•Jadi Gaib adalah objek
Iman, tidak bisa disaksikan secara empiris dan tidak bisa dibuktikan di
laboratorium.
•Gaib itu
bertingkat-tingkat, ada Gaib Mutlak dan
ada gaib relatif. Sesuatu yang tidak terjangkau oleh panca indera adalah gaib.
Yang tidak bisa disaksikan juga adalah gaib. Bahkan kematian adalah gaib bagi
seluruh makhluk. Makar Sihir adalah gaib, karena tersembunyi sifatnya, tidak
kelihatan wujudnya, dan tidak diketahui sebab-sebabnya.
PERCAYA ADANYA SIHIR BUKAN MUSYRIK
•SIHIR adalah objek GAIB.
Jadi tidak sulit mempercayai adanya sihir karena ada petunjuk wahyu. Artinya mempercayai adanya kekuatan sihir bukanlah perbuatan “musyrik” , karena adanya sihir sendiri telah dijelaskan oleh Allah
Ta`ala dalam firmannya dalam surat Al-Baqoroh :102, ”Hanya
syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia“
•Orang-orang Bani Israil sebelum dan sesudah
diutusnya Nabi Musa as. mengakui adanya Sihir. Bahkan sihir dipraktekkan secara nyata oleh para tukang
sihir Fir`aun untuk mengalahkan Nabi Musa. Tongkat para penyihir berubah jadi Ular (dalam pandangan manusia ).
Kemudian Allah menolong Nabi Musa untuk
mengalahkan (Melawan) para
tukang sihir Fir`aun
dengan melemparkan tongkat Nabi Musa as yang seketika berubah jadi Ular yang besar yang memakan
ular-ular ciptaan tukang sihir Fir`aun.
•Agama Kristen pun tidak luput dari
kepercayaan tentang adanya kekuatan setan. Dijelaskan di Injil Lukas dan Matius, telah sekian banyak
orang yang kemasukan setan disembuhkan oleh Nabi Isa as.
•Kita Umat Islam
diperintahkan melawan sihir. Bahkan dijelaskan dalam kitab Al Kabair “Hukuman bagi tukang
sihir adalah dibunuh dengan pedang “ (HR Tarmidzi ), karena ia telah kufur
kepada Allah dan Rasulnya. Juga diberitakan dari Bajalah bin Abadah berkata ,
“Surat dari Umar Ra datang kepada kami satu tahun sebelum wafatnya, agar
“Bunuhlah setiap tukang sihir laki-laki dan perempuan “
MELAWAN SIHIR ADALAH MENGOBATINYA
•Di kondisi dan konteks umat zaman sekarang,
tentu yang
dimaksud dengan MELAWAN
SIHIR ADALAH MENGOBATINYA. Mengobatinya dengan Ruqyah Al Qur`an
atau dengan Asma Allah swt, karena Nabi saw pernah meruqyah Hasan dan Husain Ra
beliau berkata ,” Aku perlindungkan kalian berdua dengan kalimat Allah yang
sempurna dari setiap syetan dan makhluk jahat dan dari mata yang dengki “.
•Dalam praktek
pengobatannya TIDAK
SELALU HARUS PERSIS dengan
contoh Nabi, karena contoh itu hanya sebagai isyarat BOLEH melakukan Ruqyah,
seperti dijelaskan oleh Imam Khitabi
Rahimamullah,” Jika ruqyah itu dilakukan dengan Alqur`an atau dengan
Asma Allah ta`ala maka hal itu diperbolehkan.
•Jadi, menggunakan
kekuatan Al Qur`an dengan tetap menyandarkan kepada Pertolongan Allah bukanlah perbuatan “musyrik”.
SAKIT AKIBAT SIHIR BERTINGKAT-TINGKAT
•Akibat makar sihir,
orang jadi sakit. Derajad sakitnyapun bertingkat-tingkat, mulai dari derajad paling RINGAN ke SEDANG hingga BERAT. Penanganan
pengobatannyapun tentu berbeda-beda. Layaknya sakit medis, sakit ringan dengan
obat warungpun bisa sembuh. Derajad sedang ditangani oleh dokter umum baru bisa
sembuh. Derajad berat tentu ditangani oleh dokter spesialis untuk bisa sembuh.
Begitu juga dengan sakit akibat sihir, Obat dan pelaku penanganan
pengobatannyapun berbeda-beda.
•1. Kasus RINGAN : dengan Ruqyah mandiri misalnya
baca Al Fatihah, Al Falaq, An Nas, ayat Kursy dll.
bisa sembuh.
•2. Kasus SEDANG – BERAT : diruqyah oleh Ulama
/ Kyai / Ustadz / Orang yang
secara khusus mendalami pengobatan
ruqyah syariah.
•Jadi, tidak wajar
menangani kasus penyakit Ringan-Sedang-Berat dengan satu jenis penanganan serupa.
•Juga tidak wajar
mengatakan hanya pihak atau kelompok tertentulah
yang paling pantas dan paling
sesuai dengan syariah dalam
melakukan Pengobatan,sedangkan pihak lain mudhorat.
•Adalah juga tidak wajar
bila mengklaim hanya Ulama
/ Kyai / ustadz /kalangan
agamawanlah yang paling bisa dan
berhak mengobati sihir, sedangkan yang bukan dari golongan agamawan tertolak.
•Sepanjang Pelaku dan
metodenya sesuai syariat (tuntunan agama) apakah ia seorang Ulama-Kyai-Ustadz
atau Orang biasa, maka ia pantas dan
boleh melakukan Ruqyah pengobatan.
MENGHINDARI TAKDIR DENGAN TAKDIR
•Sihir layaknya penyakit
medis, diperlukan kerja sama semua pihak untuk melawannya.Tentunya sebagai umat
Islam hanya satu pintu yang diperkenankan yaitu pintu syariat berupa Ruqyah atau pengobatan dengan dasar tuntunan syariat.
•Takdir Terkena sihir
harus dilawan dengan Takdir Melawan (mengobati) sihir.
•Sayyidina
Umar Ra pernah berkunjung ke suatu desa yang ternyata sedang terjangkit suatu
penyakit yang menular. Setelah mengetahui hal tersebut Sayyidina Umar pulang
tidak jadi masuk ke desa tersebut agar tidak terjangkit penyakit. Kejadian ini
diketahui dan ditegur oleh para sahabat lainnya, yang mengatakan Umar
menghindari takdir. Dijawab secara cerdas oleh Sayyidina Umar,bahwa ia “menghindari takdir
dengan takdir” (mencegah diri dari takdir terjangkit penyakit
menjadi takdir tidak terjangkit penyakit).
•Kepada Allah kita
memohon perlindungan dari gangguan, rayuan dan godaan setan ,baik dari setan
golongan jin atau setan dari golongan manusia. Amin.
Jakarta, 19 desember
2012.
Ir.Jaafar Dahlan
+628128477464
www.pengobatanqurani.com
+628128477464
www.pengobatanqurani.com